Rahmat Hidayat Usman
Semoga bermanfaat
Rahmat Hidayat Usman
Semoga bermanfaat
Senin, 22 Juni 2020
Perdijen PHPL No.P1/PHPL/SET/KUM.1/5/2020
Peraturan Direktur jendereal Pengelolaan Hutan Produksi Nomor P.1/PHPL/SET/KUM.1/5/2020 tentang Tata cara peermohonan, Penugasan dan Pelaksanaan Model Multi Usaha Kehutanan bagi pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi seperti kotak pandora multi usaha dimana akan melepas semua kendala yang selama ini membelenggu berbagai komoditas yang berasal dari hutan produksi (unduh)
Kamis, 28 November 2019
ArcGIS 10.3
Hallo!!!!
kali ini saya memberikan sebuah aplikasi ArcGIS 10.3, saya harap ini bisa bermaanfaat.
Kamis, 03 Oktober 2019
Anatomi Hardwood dan Softwood
Hardwood dan Softwood
Dalam dunia perdagangan, kayu dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu Softwood dan hardwood, kayu dari golongan gvmnospermae termasuk kedalam kayu lunak dan sel-sel penyusunannya didominasi sel trakeid (90-94%) dan sebagian kecil parekim, adapaun kayu dari golongan angiospermae dikotiledon termasuk kedalam kayu keras dengan sel penyusunnya lebih bervariasi dibandingankan dari kayu lunak. Untuk menbedakan kayu Softwood dengan hardwood bisa dilhat dari sifat morfologinya, sel-sel penyusun yaitu sel penyalur (tracheary), sel penyimpan makan (parenchymstous), sel penguat (prosenchhymatos) menurut Tsoumis (1991).
1. Struktur anatomi
kayu Hardwood.
Struktur kayu daun lebar lebih bervariasi dan lebih kompleks
dibandingan kayu daun jarum (Panshin dan de Zeeuw,1980). Kayu daun lebar lebih
kompleks dibandingkan dengan kayu daun jarum bukan hanya dari tipe sel-selnya
tetapi juga menunjukan banyaknya variasi dalam hal bentuk, ukuran dan
susunannya.
a. Pembuluh.pori (Vessel
Element)
Suatu struktur sel pada hardwood bentuk seperti tabung
dimana ukuran diamternya lebih besar dari serat. Pembuluh hanya terdapat pada
tumbuhan hardwood.
Gambar 1. Bentuk pembuluh (vesel) kayu Hardwood
Secara umum sebaran pembuluh pori terbagi menjadi 2 yaitu
tersebar (difus) dan berkelompok. Pengelompokan pembuluh dapat dilihar
dari arah radial, tangsial atau diagonal. Selian itu pembuluh pori memiliki
noktah yang merupakan penghubung antar pembuluh dan noktah memiliki pola
penyebaran scalariform, opposite dan
alternate. Reaksi enzimatik menyebabkan dinding penyekat pembuluh menjadi
terbuka sehingga terbentuk bidang peforasi, dimana kondisi tersebut terjadi
pada saat pembuluh menjadi dewasa bentuk bidang perforasi pada sel pembuluh
antara lain simple, scalarifofrom, dan foraminate perforation.
Gambar 2. Noktah, Pola Penyebaran dan bidang perforasinya
b. Fiber Trachheids
Sel yang berbentuk panjang langsing, dindingnya lebih tebal dari
parenkim dan pembuluh. Panjangnya 300-600 mikron, dengan diamternya 25-50
mikron. Sel fiber trakeid pada hardwood lebih pendek bila dibandingkan
dengan trakeid pada Softwood.
Gambar 3. Fiber hardwood
c. Longitudial Parenchyma
Parenkim biasanya terlihat berupa jaringan yang berwarna lebih
cerah dari pada jaringan serat, secara umum tipe parenkim menjadi 2 yaitu
parenkim apotrakea (tidak berhubungan langsung dengan pebuluh) dan paratrakea
(berhubung langsung dengab pembuluh). Parenkim apotrakea terdiri atas parenkim
bsur, parenkim kelompok baur, parenkim pita (matoa), parenkim bentuk jala
(nyatoh), parenkim bentuk tangga (kayu tepis) sedangkan parenkim paratrakea
terdiri atas paratrakea jarang, parenkim terselubung, parenkim berbentuk sayap
(Alifrom) dan parenkim konfluen.
Gambar 4. Longitudial parenkim
d. Saluran
Interselular
Pada haadwood saluran interselular biasa disebut saluran damar.
Saluran interselular dibagi 2
berdasarkan arah bentangnya yaitu saluran aksial (sesrah dengan sumbu batang)
dan saluran radial (searah dengan jari-jari), sedangkan berdasarkan proses
terjadinya saluran interselular dibedakan menjadi 2 yaitu normal (faktor
keturunan) dan traumatik (faktor pelukaan)
e. Jari-jari
Jari-jari pada hardwood bervariasi keberadaannya,
rata-rata jumlah volume jari-jari berkisaran antara 5-30% dari total volume
kayu. Pada hardwood tidak memiliki trakeid jari-jari, namun memiliki upright
cells (sel tegak penyususn jari-jari) da procumbent cell (sel rebah
penyusun jari-jari). Dan jari-jari pada hardwood disusun oleh sel
parenkim jari-jari.jari-jaro terbagi menjadi 2 yaitu homoselular dan
heteroselular, sedangkan berdasarkan jumlah sel kearah lebarnya meliputi
uniseriate, biseriate dan multiseriate.
Gambar 5 jari-jari Kayu dan jari-jari Uniseriate
2. Struktur Anatomi
Softwood
Mengkalasifikasikan tipe-tipe sel kayu daun jarum berdasarkan
orietasi dan fungsi dari sel-sel penyusunnya menurut lewis dan goldstein
(1991).
a. Longitudinal
tracheld
Softwood tersusun lebih dari 90%sel panjangyang dikenal dengan longitudinal
tracheida dengan panjang 3-4 mm apabila dibandingkan dengan fiber pada hardwood.
Sel ini berbentuk primastik dengan ujung tertutup dan pada dinding trakeid
terdapat noktah.tipe noktah ialah border pits berada pada dinding
radial. Sedangkan trakheid pada kayu memiliki dinding tipis dengan sedikit
lumina bentuknya cenderung persegi panjang sepanjang arah tangensial.
b. Longitudinal
Parenchyma
Parenkim longitudinal (aksial) keberadaannya digolongkan
menjadi 3 macam yaitu tida ada, jarang, dan ada namun jumlahnya tidak tetap.
Namun jika ada parenkim tersebar diantara trakeid zonate atau Banded
serta boundary.
c. Saluran
Interselular
Gambar 7 Sel epithel
d. Jari-jari
Jari-jari pada softwood sebagian besar adalah uniseriate,
hanya sebagian kecil yang biseriate dengan rata-rata jumlah volume
jari-jari berkisar antara 5-30 % dari total volume kayu. Ketika jari-jari
terbentuk pada saluran resin maka jari-jari pada bagian tengah akan lebih besar
dimana pada arah radial akan ditemukan ruang interselular. Jari-jari yang
mengandung saluran resin disebut jari-jari fusiform.
Gambar 8. Jari-jari fusiform
No
|
Uraian
|
Softwood
|
Hardwood
|
1
|
Kekerasan kayu
|
Kayu lunak
|
Kayu keras dan berat
|
2
|
Struktur kayu
|
Sederhana
|
Kompleks dan beragam
|
3
|
Bentuk daun
|
Jarum
|
Lebar
|
4
|
Bentuk tajuk
|
Kerucut
|
Tajuk besar/membundar
|
5
|
Proses pertumbuhan
|
Cepat dan lurus
|
Batang tidak lurus dan lambat
|
6
|
Berat Jenis
|
< 320 Kg/M3
|
> 320 Kg/M3
|
7
|
Solulosa
|
43+ 2%
|
45 + 2%
|
8
|
Hermiselulosa
|
27 + 2 %
|
30 + 5%
|
9
|
Lignin
|
27 + 2%
|
20 + 4%
|
10
|
Ekstraktif
|
3 + 2%
|
5 + 3%
|
Tabel 1. Perbedaan softwood dan
Hardwood
Daftar Pustaka
:
https://worldofnaveezha.wordpress.com/2013/04/06/perbedaan-kayu-keras-dan-kayu-lunak/
diakses pada tanggal 1 Oktober 2019
id.wikipedia.org/wiki/Kayu
diakses pada
tanggal 1 Oktober 2019
Goeferencing di ArcGis 10.3
1. Georeferencing
Georeferencing ialah
Proses penempatan objek berupa raster
atau image yang belum mempunyaiacuan system koordinat ke dalam System koordinat dan proyeksi tertentu.
Ada beberapa cara untuk mengregistrasi data peta, antar lain :
a.
Data raster yang
akan ditempatkan pada koordinat yang diketahui.
b.
Data raster yang
dimasukan kedalam data raster yang sudah benar.
1)
Cara georeferencing dengan data raster yang
akan di tempatkan pada koordiant yang diketahui.
a)
Buka ArcMap.
b)
Atur system koordinat, dengan caraa klik
kanan pada layers – properties
Gambar
1. Pengaturan system
c)
Pada data Properties, pilih Coordinate system – pilih tipe Coordinate
System, dan pilih ok.
Gambar
2. Pengaturan Coordinat System
d)
Add data yang akan digeoreferencing.
Gambar
3. Add data
e)
Karena data kita masukan belum mempunyai koordinat maka akan muncul
gambar seperti dibawah ini.
Gambar
4. Spatial Reference dan tampilan data di ArcMap
f)
Data yang di add muncul dilakukan penyesuain titik Koordinat
berdasrakan koordinat yang sudah diketahui melalui tool add control point.
Gambar
5. Tool add control point
g)
Setelah melalui tool add control
point data di save dengan cara Georeferencing
– Update Georeferencing.
Gambar
6. Update georeferecing
h)
Indikasi bahwa update
georeferencing berhasil, adanya muncukl nilai skala dan angka koordinat di
bagian kiri bawah.
Gambar
7. Update georeferencing berhasil
2)
Cara georeferencing dengan data raster yang
akan di tempatkan pada data yang benar.
a)
Buka ArcMap.
b)
Atur system
koordinat, dengan caraa klik kanan pada layers
– properties.
Gambar
8. Pengaturan system
c)
Pada data Properties, pilih Coordinate system – pilih tipe Coordinate
System, dan pilih ok.
Gambar
9. Pengaturan Coordinat System
d)
Add data yang akan digeoreferencing.
Gambar
10. Add data
e)
Karena data kita masukan belum mempunyai koordinat maka akan muncul
gambar seperti dibawah ini.
Gambar
11. Spatial Reference dan tampilan data di ArcMap.
f)
Setelah muncul data raster yang
akan di update geoferencing, pilih add Control Point – pilih tempat yang
ditujukan – Zoom Tolayers data yang
benar – pilih tempat tampat yang
ditunjuk tadi.
Gambar
12. zoom to layes dan data disesuaikan melalui Add Control point minimal 4 add
Control Point.
i)
Kemudian sesuaikan dengan data yang ada di ArcGlobe dengan cara, add data- ArcGis- ArcGlobe-
Continet.shp.
Gambar
13. Pengambilan data ArcGlobe.
Maka
akan tampilan seperti dibawah ini.
Gambar
14. Tampilan Setelah di ArcGlobe
Langganan:
Postingan (Atom)