Semoga bermanfaat

Kamis, 03 Oktober 2019

Anatomi Hardwood dan Softwood


Hardwood dan Softwood

Dalam dunia perdagangan, kayu dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu Softwood dan hardwood, kayu dari golongan gvmnospermae termasuk kedalam kayu lunak dan sel-sel penyusunannya didominasi sel trakeid (90-94%) dan sebagian kecil parekim, adapaun kayu dari golongan angiospermae dikotiledon termasuk kedalam kayu keras dengan sel penyusunnya lebih bervariasi dibandingankan dari kayu lunak. Untuk menbedakan kayu Softwood dengan hardwood bisa dilhat dari sifat morfologinya, sel-sel penyusun yaitu sel penyalur (tracheary), sel penyimpan makan (parenchymstous), sel penguat (prosenchhymatos) menurut Tsoumis (1991).
1.       Struktur anatomi kayu Hardwood.
Struktur kayu daun lebar lebih bervariasi dan lebih kompleks dibandingan kayu daun jarum (Panshin dan de Zeeuw,1980). Kayu daun lebar lebih kompleks dibandingkan dengan kayu daun jarum bukan hanya dari tipe sel-selnya tetapi juga menunjukan banyaknya variasi dalam hal bentuk, ukuran dan susunannya.
a.       Pembuluh.pori (Vessel Element)
Suatu struktur sel pada hardwood bentuk seperti tabung dimana ukuran diamternya lebih besar dari serat. Pembuluh hanya terdapat pada tumbuhan hardwood.


Gambar 1. Bentuk pembuluh (vesel) kayu Hardwood

Secara umum sebaran pembuluh pori terbagi menjadi 2 yaitu tersebar (difus) dan berkelompok. Pengelompokan pembuluh dapat dilihar dari arah radial, tangsial atau diagonal. Selian itu pembuluh pori memiliki noktah yang merupakan penghubung antar pembuluh dan noktah memiliki pola penyebaran  scalariform, opposite dan alternate. Reaksi enzimatik menyebabkan dinding penyekat pembuluh menjadi terbuka sehingga terbentuk bidang peforasi, dimana kondisi tersebut terjadi pada saat pembuluh menjadi dewasa bentuk bidang perforasi pada sel pembuluh antara lain simple, scalarifofrom, dan foraminate perforation.


Gambar 2. Noktah, Pola Penyebaran dan bidang perforasinya
b.       Fiber Trachheids
Sel yang berbentuk panjang langsing, dindingnya lebih tebal dari parenkim dan pembuluh. Panjangnya 300-600 mikron, dengan diamternya 25-50 mikron. Sel fiber trakeid pada hardwood lebih pendek bila dibandingkan dengan trakeid pada Softwood.


Gambar 3. Fiber hardwood

c.       Longitudial Parenchyma
Parenkim biasanya terlihat berupa jaringan yang berwarna lebih cerah dari pada jaringan serat, secara umum tipe parenkim menjadi 2 yaitu parenkim apotrakea (tidak berhubungan langsung dengan pebuluh) dan paratrakea (berhubung langsung dengab pembuluh). Parenkim apotrakea terdiri atas parenkim bsur, parenkim kelompok baur, parenkim pita (matoa), parenkim bentuk jala (nyatoh), parenkim bentuk tangga (kayu tepis) sedangkan parenkim paratrakea terdiri atas paratrakea jarang, parenkim terselubung, parenkim berbentuk sayap (Alifrom) dan parenkim konfluen.


Gambar 4. Longitudial parenkim
d.       Saluran Interselular
Pada haadwood saluran interselular biasa disebut saluran damar. Saluran interselular dibagi  2 berdasarkan arah bentangnya yaitu saluran aksial (sesrah dengan sumbu batang) dan saluran radial (searah dengan jari-jari), sedangkan berdasarkan proses terjadinya saluran interselular dibedakan menjadi 2 yaitu normal (faktor keturunan) dan traumatik (faktor pelukaan)

e.       Jari-jari
Jari-jari pada hardwood bervariasi keberadaannya, rata-rata jumlah volume jari-jari berkisaran antara 5-30% dari total volume kayu. Pada hardwood tidak memiliki trakeid jari-jari, namun memiliki upright cells (sel tegak penyususn jari-jari) da procumbent cell (sel rebah penyusun jari-jari). Dan jari-jari pada hardwood disusun oleh sel parenkim jari-jari.jari-jaro terbagi menjadi 2 yaitu homoselular dan heteroselular, sedangkan berdasarkan jumlah sel kearah lebarnya meliputi uniseriate, biseriate dan multiseriate.
 
     
Gambar 5 jari-jari Kayu dan jari-jari Uniseriate

2.       Struktur Anatomi Softwood
Mengkalasifikasikan tipe-tipe sel kayu daun jarum berdasarkan orietasi dan fungsi dari sel-sel penyusunnya menurut lewis dan goldstein (1991).
a.       Longitudinal tracheld
Softwood tersusun lebih dari 90%sel panjangyang dikenal dengan longitudinal tracheida dengan panjang 3-4 mm apabila dibandingkan dengan fiber pada hardwood. Sel ini berbentuk primastik dengan ujung tertutup dan pada dinding trakeid terdapat noktah.tipe noktah ialah border pits berada pada dinding radial. Sedangkan trakheid pada kayu memiliki dinding tipis dengan sedikit lumina bentuknya cenderung persegi panjang sepanjang arah tangensial.


Gambar 6 Longitudinal tracheld

b.       Longitudinal Parenchyma
Parenkim longitudinal (aksial) keberadaannya digolongkan menjadi 3 macam yaitu tida ada, jarang, dan ada namun jumlahnya tidak tetap. Namun jika ada parenkim tersebar diantara trakeid zonate atau Banded serta boundary.
c.       Saluran Interselular
Saluran resin merupakan ruangan antara dari sel softwood yang dibuat oleh pemisahan dari sel-sel yang berdekatan, kondisi ini terjadi pada awal perkembanan jaringan kayu yang kemudian sel menghasilkan sel khusus penghasilan resin yaitu sel epitellal. Kebradaa saluran resin secara aksial diantara trakeid vertikal dan secara radial didalam jari-jari dan secara umumnya saluran resin memiliki diameter yang lebih besar dari pada radial namu keduanya berguna sebagai penghubung dan pembuat jaringan dalam pohon dan apabila terjadi perubahan dari kayu gubal menjadi kayu teras, saluran resin akan tersubat oleh tylosoid, kejadian ini hampir mirip dengan terbentuknya tylosis pada hardwood namum perbedannya ialah tylosoid dihasilkan oleh epithelial dan tidak memiliki rongga noktah.



Gambar 7 Sel epithel
d.       Jari-jari
Jari-jari pada softwood sebagian besar adalah uniseriate, hanya sebagian kecil yang biseriate dengan rata-rata jumlah volume jari-jari berkisar antara 5-30 % dari total volume kayu. Ketika jari-jari terbentuk pada saluran resin maka jari-jari pada bagian tengah akan lebih besar dimana pada arah radial akan ditemukan ruang interselular. Jari-jari yang mengandung saluran resin disebut jari-jari fusiform.


Gambar 8. Jari-jari fusiform
Berikut dapat disimpulkan perbedaan antara softwood dan Hardwood :
No
Uraian
Softwood
Hardwood
1
Kekerasan kayu
Kayu lunak
Kayu keras dan berat
2
Struktur kayu
Sederhana
Kompleks dan beragam
3
Bentuk daun
Jarum
Lebar
4
Bentuk tajuk
Kerucut
Tajuk besar/membundar
5
Proses pertumbuhan
Cepat dan lurus
Batang tidak lurus dan lambat
6
Berat Jenis
< 320 Kg/M3
> 320 Kg/M3
7
Solulosa
43+ 2%
45 + 2%
8
Hermiselulosa
27 + 2 %
30 + 5%
9
Lignin
27 + 2%
20 + 4%
10
Ekstraktif
3 + 2%
5 + 3%
Tabel 1. Perbedaan softwood dan Hardwood



Daftar Pustaka :
http://sylvesterunila.blogspot.com diakses pada tanggal 1 Oktober 2019
id.wikipedia.org/wiki/Kayu diakses pada tanggal 1 Oktober 2019
http://www.tentangkayu.com/ diakses pada tanggal 1 Oktober 2019
http://www.akraleukainvestments.net/ diakses pada tanggal 1 Oktober 2019
http://www.ilmusipil.com/ diakses pada tanggal 1 Oktober 2019


Goeferencing di ArcGis 10.3



1.      Georeferencing
Georeferencing ialah Proses penempatan objek berupa raster atau image yang belum mempunyaiacuan system koordinat ke dalam System koordinat dan proyeksi tertentu. Ada beberapa cara untuk mengregistrasi data peta, antar lain :
a.       Data raster yang akan ditempatkan pada koordinat yang diketahui.
b.      Data raster yang dimasukan kedalam data raster yang sudah benar.
1)      Cara georeferencing dengan data raster yang akan di tempatkan pada koordiant yang diketahui.
a)      Buka ArcMap.
b)      Atur system koordinat, dengan caraa klik kanan pada layers – properties 

Gambar 1. Pengaturan system
c)      Pada data Properties, pilih Coordinate system – pilih tipe Coordinate System, dan pilih ok.
Gambar 2. Pengaturan Coordinat System
d)     Add data yang akan digeoreferencing.
Gambar 3. Add data
e)      Karena data kita masukan belum mempunyai koordinat maka akan muncul gambar seperti dibawah ini.

Gambar 4. Spatial Reference dan tampilan data di ArcMap
f)       Data yang di add  muncul dilakukan penyesuain titik Koordinat berdasrakan koordinat yang sudah diketahui melalui tool add control point.
Gambar 5. Tool add control point
g)      Setelah melalui tool add control point data di save dengan cara Georeferencing Update Georeferencing.
Gambar 6. Update georeferecing
h)      Indikasi bahwa update georeferencing berhasil, adanya muncukl nilai skala dan angka koordinat di bagian kiri bawah.
Gambar 7. Update georeferencing berhasil

2)      Cara georeferencing dengan data raster yang akan di tempatkan pada data yang benar.
a)      Buka ArcMap.
b)       Atur system koordinat, dengan caraa klik kanan pada layers – properties.
Gambar 8. Pengaturan system
c)      Pada data Properties, pilih Coordinate system – pilih tipe Coordinate System, dan pilih ok.
Gambar 9. Pengaturan Coordinat System
d)     Add data yang akan digeoreferencing.
Gambar 10. Add data
e)      Karena data kita masukan belum mempunyai koordinat maka akan muncul gambar seperti dibawah ini.
Gambar 11. Spatial Reference dan tampilan data di ArcMap.
f)       Setelah muncul data raster yang akan di update geoferencing, pilih add Control Point – pilih tempat yang ditujukan – Zoom Tolayers data yang benar ­– pilih tempat tampat yang ditunjuk tadi.
Gambar 12. zoom to layes dan data disesuaikan melalui Add Control point minimal 4 add Control Point.
i)        Kemudian sesuaikan dengan data yang ada di ArcGlobe dengan cara, add data­- ArcGis- ArcGlobe- Continet.shp.
Gambar 13. Pengambilan data ArcGlobe.
Maka akan tampilan seperti dibawah ini.
Gambar 14. Tampilan Setelah di ArcGlobe